Faktor
Pembentuk Tanah
Dalam pandangan Ilmu Tanah, tanah jauh
lebih kompleks dari sekedar bahan di alam yang merupakan hasil pelapukan dari
batuan (rock). Tanah tersusun dari komponen organik dan
komponen anorganik dalam berbagai tahapan dekomposisi dan disintegrasi, berbagai macam gas, dan juga air. Tanah juga mengandung berbagai macam organisme baik
mikro, meso maupun makro dalam jumlah yang banyak.
Tanah merupakan bahan alam yang terbentuk melalui proses pembentukan tanah (pedogenesis) dalam waktu yang sangat lama. Proses pembentukan
tanah tersebut dikendalikan oleh LIMA FAKTOR PEMBENTUK TANAH, yaitu Bahan Induk
(parent material), Iklim (Climate), Organisme (Organism), Timbulan (Relief),
dan Waktu (Time) , yang dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut:
Soil
(s) = f(p,cl,o,r,t,...) ................................ Jenny (1941)
p = parent material
cl = climate
o = organism
r = relief
t =
time
Dalam
kenyataannya kelima faktor tersebut bersifat saling mempengaruhi satu sama lain
atau ada interdependensi antar faktor, misalnya antara organisme dan iklim.
Bahan
Induk Tanah
Mineral-mineral
batuan mempunyai keragaman dalam ketahanannya terhadap pelapukan, sehingga
mineralogi bahan induk akan sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah,
selain itu mineralogi dari bahan induk akan mempengaruhi tipe produk pelapukan
dan komposisi mineral dari tanah. Komposisi elemen dari bahan induk akan
berpengaruh terhadap kesuburan kimia tanah. Tidak hanya kimia dan komposisi
mineral bahan induk yang mempengaruhi perkembangan tanah, sifat fisika juga
penting. Konsolidasi dan ukuran partikel bahan induk juga berpengaruh atas
permeabilitas air yang akan mempengaruhi perkembangan tanah
Misalnya
tanah-tanah yang berkembang dari batu kapur (limestone) biasanya mempunyai pH
yang tinggi, mempunyai mineral lempung smectite dan derajat kejenuhan basa (base
saturation) yang tinggi , sedangkan tanah yang berkembang dari batu pasir (sandstone)
dan granit biasanya mempunyai kemasaman yang rendah dan derajat kejenuhan basa
yang rendah.
Iklim
.1 Pengertian Iklim
Pengaruh langsung suhu dan curah hujan
Organisme
Iklim
adalah keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang luas dalam waktu yang
lama. Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut klimatologi. Iklim
mempunyai sifat tetap, meliputi tempat yang luas, dan berlaku untuk
waktu lama.
Faktor
yang sangat berpengaruh atas pembentukan tanah. Beberapa pengaruh iklim atas
tanah dapat dicontohkan sebagai berikut :
Suhu
dan kelembaban menyebabkan perbedaan dalam pelapukan (weathering) dan pelindian
(leaching).
Angin
mendistribusikan pasir dan partikel lainnya terutama di daerah iklim arid.
Jumlah, intensitas, waktu dan macam dari presipitasi mempengaruhi pembentukan
tanah.
Perubahan
suhu musiman dan harian mempengaruhi kelembeban, aktifitas biologi, laju reaksi
kimia dan tipe vegetasi.
Iklim
berpengaruh langsung terhadap pembentukan tanah melalui suhu dan curah hujan,
dan secara tidak langsung melalui pengaruhnya atas vegetasi (organisme) dan berinterkasi
dengan bentuk lahan (relief) dalam mempengaruhi hubungan air dan tanah.
Pengaruh langsung suhu dan curah hujan
Air
merupakan komponen yang sangat penting dalam semua proses pelapukan kimia dan
fisika. Input curah hujan ke dalam tanah mempunyai pengaruh yang besar atas
perkembangan tanah melalui pelapukan dan pelindian dari produk pelapukan. Laju
pelapukan juga secara kuat bergantung kepada suhu. Setiap kenaikan 10oC,
laju reaksi kimia dalam pelapukan akan meningkat 2 atau 3 kali.
Pengaruh tidak langsung
Biasanya
dijumpai hubungan yang kuat antara iklim dan kandungan humus tanah, oleh karena
pengaruh dari iklim atas produksi biomas dan laju dekomposisi seresah tanaman
dan bahan organik tanah lainnya.
Curah
hujan akan mempengaruhi produktifitas vegetasi. Suhu berpengaruh atas laju
dekomposisi bahan organik, sehingga sehingga kandungan humus yang tinggi
biasanya ditemukan pada daerah iklim lembab dan sejuk.
Iklim
panas, baik kering maupun lembab cenderung menyebabkan kandungan humus yang
rendah
Pengertian Organisme
Organisme adalah semua makhluk hidup
baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase
hidupnya berada dalam sistem tanah. Semua makhluk hidup atau jasad, baik hidup
maupun mati mempunyai pengaruh terhadap pembentukan tanah. Dalam pembentukan
tanah, organisme yang berperan adalah vegetasi, hewan dan manusia. Di antara
makhluk tersebut yang paling berpengaruh adalah vegetasi karena memiliki
kedudukan tetap untuk waktu yang lama, sedangkan hewan dan manusia umumnya
berpengaruh tidak langsung melalui vegetasi.
Tumbuhan menjadi sumber utama bagi bahan
organik, pada keadaan alami tumbuhan menyediakan bahan organik yang sangat
besar, akibat pencernaan oleh mikro organisme bahan organik tercampur dalam
tanah secara proses imfiltasi. Beberapa bentuk kehidupan seperti cacing, rayap,
dan semut berperan penting dalam pengangkutan tanah. Manusia
mempengaruhi pembentukan tanah melalui cara penggunaan tanahnya, terutama cara
bercocok tanam, menentukan jenis tanaman yang ditanam, cara pengolahan atau
penggarapan, cara pemanenan, menentukan rotasi tanaman dan lain sebagainya.
Proses pembentukan tanah oleh organisme
Proses pembentukan tanah didahului oleh penghancuran
dan pelapukan dan diteruskan dengan proses pengembangan profil tanah. Pelapukan
dibedakan atas pelapukan fisik dan pelapukan kimia. Pelapukan fisik berupa
penghancuran batuan secara fisik tanpa merubah susunan kimianya, sedangkan proses penghancuran
secara kimia adalah perubahan susunan kimia bahan. Kedua proses tersebut biasanya
berlangsung bersama-sama dan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga sukar
dibedakan hasil pelapukannya.
Bahan-bahan
yang merupakan hasil penghancuran secara mekanis dan kimiawi akan bercampur
menjadi satu membentuk lapisan-lapisan bakal tanah di permukaan kerak bumi dan
bahan-bahan ini merupakan subtrat bagi pertumbuhan jasad renik yang berbentuk
bakteri dan ganggang yang menjadi awal dari proses pembentukan tanah. Bakteri
yang hidup dalam tanah memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya mengikat N2 dari udara dan megubah amonium menjadi
nitrat. Termasuk ke dalam golongan ini yang membentuk spora, spora pada bakteri
bukan untuk alat berkembangbiak melainkan alat untuk mempertahankan diri dari
lingkungan yang tidak menyenangkan (Sutedjo, 1996).
Organisme
mempengaruhi pembentukan humus, pembentukan profil tanah, sifat fisika dan
kimia tanah. Di samping itu organisme hidup memperlancar peredaran unsur hara
dan membina struktur tanah yang baik dan memperlancar transfer nitrogn dari
atmosfer ke tanah melalui hujan secara tidak langsung dan fiksasi nitrogen
secara langsung. Fiksasi
nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis
dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu
ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.
Nitrat yang
dihasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah
menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk
pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut
dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas
mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrit dan nitrat oleh
Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat
ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang
disebut denitrifikasi.
Beberapa jenis hewan
yang mempengaruhi pembentukan tanah seperti cacing
tanah yang sangat
aktif dalam peruraian (dekoposisi) serasah. Pada waktu malam
hari,
cacing membawa guguran dedaunan dan rerumputan kedalam lubang-lubangnya dan
mencampur dengan mineral-mineral tanah. Sokresin yang dikeluarkan mengandung Ca
lebih banyak daripada tanah disekitarnya. Sehingga lubang-lubang cacing akan
mempengaruhi aerasi dan perembesan air. Mengeluarkan kotoran
di pemukaan tanah, sehingga membantu pembentukan tanah. Akan menjadi kacau
horison apabila kotoran cacing berada di dalam tanah. Dan juga apabila jalan
cacing terisi oleh material-material lain,hal ini juga akan mengacaukan horizon
tanah.
Semut-semut
menyusup ke dalam tanah dan mengangkut bahan-bahan dari
dalam tanah ke permukaan tanah
sambil membangun sarang-sarangnya berupa berupa bukit-bukit kecil di permukaan
tanah dan sering pada batang-batang pohon. Rayap-rayap makan sisa-sisa bahan
organik. Kotoran
rayap yang menempel itu sudah melapuk. Tikus dan binatang lain
menggunakan tanah sebagai tempat tinggal dan tempat perlindungan.
Manusia dalam proses pembentukan tanah mempengaruhinya dengan
aktivitas-aktivitas seperti penggunaan lahan, cara
bercocok tanam, menentukan jenis tanaman yang ditanam, cara pengolahan atau
penggarapan, cara pemanenan, menentukan rotasi tanaman dan lain sebagainya. Jika system penanaman
manusia yang tidak sesuai dengan lingkungan seperti pada perbukitan tidak
menggunakan system terasering, hal ini akan menyebabkan terjadinya erosi,
dimana erosi tersebut akan mempengaruhi proses penghancuran batuan. Di samping
itu pola penanaman manusia yang harus menyeimbangkan unsur-unsur tanah. Jika
manusia melakukan penanaman jenis tanaman karbohidrat secara terus-menerus, hal
ini akan mengurangi unsur hara tanah dan tingkat kesuburan tanahnya menurun
sehingga diperlukan pola penanaman
secara tumpang sari untuk mengembalikan kesuburan tanah.
Tumbuhan dalam pembentukan tanah melalui akar, daun, dan ranting.
Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang
menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan
jasad renik atau mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Selain itu, kandunga
unsure-unsur kimia yang terdapat pada tanaman akan berpengaruh pada sifat-sifat
tanah. Contoh: jenis cemara akan member unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K
yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya
lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
Organisme mempengaruhi pembentukan tanah
dalam hal sebagai berikut, yaitu:
a. Membuat
proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.
Pelapukan
organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan
yang terjadi oleh proses kimia seperti
batu kapur larut oleh air.
b.
Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan
membusuk dengan bantuan jasad
renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat
tanah sangat nyata terjadi didaerah beriklim sedang seperti di Eropa dan
Amerika. Vegetasi hutan
dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan
dapat membentuk tanah hutan dengan
warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan
organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
d.
Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsur-unsur
kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih
tinggi daripada tanah di bawah pohon
jati.
Dalam
perkembangan profil tanah, tumbuhan, dan hewan mengalami pelapukan sehingga
membentuk suatu horizon yang berupa penimbunan bahan organik berwarna hitam
yang dinamakan humus. Horizon ini disebut juga horizon organik yang sebagian
besar terdiri atas bahan organik baik yang masih segar maupun busuk dan
terletak di lapisan paling atas dalam profil tanah.
Relief
Relief
adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di
dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief mempengaruhi
proses pembentuk tanah dengan cara:
(1) mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah,
(2) mempengaruhi dalamnya air tanah,
(3) mempengaruhi besarnya erosi, dan
(4) mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut didalamnya.
Waktu
Peranan
Faktor Waktu dalam Proses Pembentukan Tanah
Lamanya
bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah, memainkan peranan
penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk.
Bukti pentingnya waktu dapat diketahui dengan memperbandingkan tanah-tanah di daerah glasial dengan tanah-tanah serupa yang ada di daerah yang tidak kena salju. Bukti ini juga tampak jelas di daerah plivual (yang bersangkutan dengan hujan) misalnya di Iran dan Irak. Di daerah glasial pengaruh beban induk lebih terlihat karena tidak cukupnya waktu untuk membentuk susunan nedapan glaial yang penting dalam perkembangan tanaha sejak lenyapnya salju.
Bukti pentingnya waktu dapat diketahui dengan memperbandingkan tanah-tanah di daerah glasial dengan tanah-tanah serupa yang ada di daerah yang tidak kena salju. Bukti ini juga tampak jelas di daerah plivual (yang bersangkutan dengan hujan) misalnya di Iran dan Irak. Di daerah glasial pengaruh beban induk lebih terlihat karena tidak cukupnya waktu untuk membentuk susunan nedapan glaial yang penting dalam perkembangan tanaha sejak lenyapnya salju.
Contoh lain mengenai tanah yang
berbeda umurnya terdapat di Amerika Serikat bagian utara. Di sana terdapat
empat sampai lima lapisan endapan loss
interglasial. Tampak jenis perbedaan sifat masing-masing tanahnya. Tanah
yang lebih muda pada umumnya mudah dilalui air (permeable) dan agregasinya lebih baik daripada tanah yang lebih tua
karena tanah yang telah mencapai umur tua telah mengalami pelindian dan tentu
juga lebih mempat dan padat.
Gunung
berapi mengendapkan lava dan abu gunung disaat terjadi letusan gunung berapi
tersebut, seringkali pengendapan lava ataupun terjadinya letusan gunung tidak
terjadi pada waktu yang sama. Semua tinfgkatan perkembangan tanah dapat di
temukan kembali pada endapan-endapan itu. Didaerah beriklim tropika,
pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung berapi berlangsung cepat,
sehingga dalam waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah yang cukup
subur.
Fase-Fase Waktu dalam Proses
Pembentukan Tanah
Dalam proses pembentukannya, faktor
memiliki beberapa fase, fase-fase waktu ini dikemukakan oleh Mohr (1994).
Menurut Mohr, fase-fase waktu dalam pembentukan tanah ada lima tahap yaitu: Fase
permulaan, fase juvenile, fase viril,fase senile, dan fase terakhir.
Mohr
(1944) membedakan lima tahap waktu pembentukan tanah, yaitu:
1.
tahap permulaan, bahan induk masih belum mengalami
pelapukan, baik disintegrasi maupun dekomposisi;
2.
tahap juvenil, proses pelapukan sudah mulai berjalan;
3.
tahap viril, proses pelapukan pada saat optimum;
4.
tahap senile, proses pelapukan berlangsung sudah lanjut
sehingga tidak begitu hebat lagi dan bahkan menurun kecepatannya;
5.
tahap terakhir, proses pelapukan sudah berakhir.
Fase
awal ditandai dengan terbentuk horison C. Fase juvenil ditandai dengan sudah
terbentuk horison A diatas horison C, pada fase ini sering disebut tanah muda.
Fase viril atau disebut tanah dewasa, dicirikan dengan sudah terbentuknya
horison A, horison B, dan horison C. Fase senil atau disebut tanah tua,
dicirikan proses pembentukan horison yang lengkap, meliputi: horison A1,
horison A2, horison B1, horison B2, dan horison C. Fase akhir atau disebut
tanah sangat tua dicirikan dengan mulai berkurangnya proses pelapukan dari
system tanah tersebut. Contoh tanah muda adalah Entisol atau Aluvial atau
Regosol. Contoh dari tanah dewasa adalah Inceptisol, Vertisol, dan Mollisol.
Contoh dari tanah tua adalah Ultisol atau Podsolik Merah Kuning, dan Oxisol atau
Laterit.
Tipe Tanah Berdasarkan Waktu
Pembentukkannya
Tanah
merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian
yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi
semakin tua dan
kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah
habis mengalami
pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
kuarsa. Karena
proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
berubah
berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Ø Tanah
Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak
pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur
bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol
dan litosol
Ø
Tanah Dewasa ditandai oleh
proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah
dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol,
latosol, grumosol.
Ø
Tanah Tua proses pembentukan
tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang
nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1,
B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol
tua (laterit).
Menurut tahap waktunya
dari bahan induk batuan andesit di Indonesia dapat dibentuk berturut-turut:
1. Tanah regosol muda pada tahap permulaan
Tanah regosol muda merupakan tanah regosol pada
umumnya, namun yang membedakan adalah tanah regosol ini ada pada tahap
permulaan. Definisi dari tanah regosol sendiri adalah tanah berbutir kasar dan
berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru
diendapkan. Persebaran tanah regosol di Indonesia ada di Bengkulu, pantai
Sumatra Barat, Jawa, Bali, dan NusaTenggara Barat. Material jenis tanah ini
berupa tanah regosol, abu vulkan, napal, dan pasir vulkan.Tanah regosol sangat
cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.
2. Tanah regosol tua atau disebut juga tanah
tarapan sebagai tahap juvenile.
Tanah regosol tua merupakan tanah
regosol pada umumnya, namun yang membedakan adalah tanah regosol ini ada pada
tahap juvenil. Definisi dari tanah regosol sendiri adalah tanah berbutir kasar
dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang
baru diendapkan. Persebaran tanah regosol di Indonesia ada di Bengkulu, pantai
Sumatra Barat, Jawa, Bali, dan NusaTenggara Barat. Material jenis tanah ini
berupa tanah regosol, abu vulkan, napal, dan pasir vulkan.Tanah regosol sangat
cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.
3. Tanah latosol coklat sebagai tahap viril
Tanah latosol coklat ini tidak jauh
beda dengan tanah latosol pada umumnya. Namun tanah latosol ini ada pada tahap
viril. Definisi dari tanah latosol sendiri adalah tanah yang banyak mengandung
zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya
rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah
merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau
berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah latosol tersebar di
Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur,
Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.Tumbuhan yang clapat
hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet,
sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit.
4. Tanah latosol merah sebagai tahap venil
Tanah latosol merah ini tidak jauh beda dengan tanah
latosol pada umumnya. Namun tanah latosol ini ada pada tahap venil. Definisi
dari tanah latosol sendiri adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan
aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna
tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah
latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di
udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara,
Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.Tumbuhan yang clapat hidup di tanah
latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih,
kakao, kopi, dan kelapa sawit.
5. Tanah laterit.
Tanah laterit adalah tanah tidak subur
yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang
karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan
Lampung. Tanah laterit banyak ditemui di wilayah beriklim tropis yang panas dan
lembap. Akibat kandungan oksida besinya yang tinggi, tanah laterit memiliki warna merah seperti karat.
Iklim tropis dan pengaruh unsur-unsur kimia menentukan ketebalan, kualitas, dan
kandungan mineral lapisan tanah laterit. Komposisi mineral dan kimia
di dalam tanah laterit sangat tergantung kepada batu induknya. Laterit umumnya
mengandung sejumlah besar kwarsa dan oksida titanium, zirkon, besi, timah, alumunium,
dan mangan, yang tertinggal dari proses pengausan. Namun kondisi tanah laterit
beserta isinya sangat tergantung kepada lokasi, iklim, dan kedalamannya.
Sumber :
http://viogeo.blogspot.com/2012/05/organisme-sebagai-faktor-pembentuk.html
http://prillygeography.blogspot.com/2012/04/pengaruh-iklim-terhadap-pembentukan.html
http://wenyra.blogspot.com/2012/03/faktor-pembentuk-tanah-topografi-dan.html
http://ilmutanahugm.blogspot.com/2013/04/faktor-pembentuk-tanah.html
http://viogeo.blogspot.com/2012/05/waktu-sebagai-faktor-pembentuk-tanah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar