Kamis, 01 Mei 2014

FAKTOR FAKTOR PEMBENTUK TANAH




 
Faktor Pembentuk Tanah
Dalam pandangan Ilmu Tanah,   tanah  jauh lebih kompleks dari sekedar bahan di alam yang merupakan hasil pelapukan dari batuan (rock).  Tanah tersusun dari komponen organik dan komponen anorganik dalam berbagai tahapan dekomposisi dan disintegrasi,  berbagai macam gas, dan juga air. Tanah  juga mengandung berbagai macam organisme baik mikro, meso maupun makro dalam jumlah yang banyak.


Tanah merupakan bahan alam yang terbentuk melalui  proses pembentukan tanah (pedogenesis)  dalam waktu yang sangat lama. Proses pembentukan tanah tersebut dikendalikan oleh LIMA FAKTOR PEMBENTUK TANAH, yaitu Bahan Induk (parent material), Iklim (Climate), Organisme (Organism), Timbulan (Relief), dan Waktu (Time) , yang dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut:


Soil (s) = f(p,cl,o,r,t,...) ................................ Jenny (1941)


p = parent material


cl = climate


o = organism


r = relief


t = time


Dalam kenyataannya kelima faktor tersebut bersifat saling mempengaruhi satu sama lain atau ada interdependensi antar faktor, misalnya antara organisme dan iklim.


Bahan Induk Tanah


Mineral-mineral batuan mempunyai keragaman dalam ketahanannya terhadap pelapukan, sehingga mineralogi bahan induk akan sangat berpengaruh atas laju perkembangan tanah, selain itu mineralogi dari bahan induk akan mempengaruhi tipe produk pelapukan dan komposisi mineral dari tanah. Komposisi elemen dari bahan induk akan berpengaruh terhadap kesuburan kimia tanah. Tidak hanya kimia dan komposisi mineral bahan induk yang mempengaruhi perkembangan tanah, sifat fisika juga penting. Konsolidasi dan ukuran partikel bahan induk juga berpengaruh atas permeabilitas air yang akan mempengaruhi perkembangan tanah


Misalnya tanah-tanah yang berkembang dari batu kapur (limestone) biasanya mempunyai pH yang tinggi, mempunyai mineral lempung smectite dan derajat kejenuhan basa (base saturation) yang tinggi , sedangkan tanah yang berkembang dari batu pasir (sandstone) dan granit biasanya mempunyai kemasaman yang rendah dan derajat kejenuhan basa yang rendah.


Iklim
.1 Pengertian Iklim
            Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata pada daerah yang luas dalam waktu yang lama. Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut klimatologi. Iklim mempunyai sifat tetap, meliputi tempat yang luas, dan berlaku untuk waktu lama.
          
Faktor yang sangat berpengaruh atas pembentukan tanah. Beberapa pengaruh iklim atas tanah dapat dicontohkan sebagai berikut :


Suhu dan kelembaban menyebabkan perbedaan dalam pelapukan (weathering) dan pelindian (leaching). 


Angin mendistribusikan pasir dan partikel lainnya terutama di daerah iklim arid. Jumlah, intensitas, waktu dan macam dari presipitasi mempengaruhi pembentukan tanah.


Perubahan suhu musiman dan harian mempengaruhi kelembeban, aktifitas biologi, laju reaksi kimia dan tipe vegetasi.


Iklim berpengaruh langsung terhadap pembentukan tanah melalui suhu dan curah hujan, dan secara tidak langsung melalui pengaruhnya atas vegetasi (organisme) dan berinterkasi dengan bentuk lahan (relief) dalam mempengaruhi hubungan air dan tanah.

Pengaruh langsung suhu dan curah hujan


Air merupakan komponen yang sangat penting dalam semua proses pelapukan kimia dan fisika. Input curah hujan ke dalam tanah mempunyai pengaruh yang besar atas perkembangan tanah melalui pelapukan dan pelindian dari produk pelapukan. Laju pelapukan juga secara kuat bergantung kepada suhu. Setiap kenaikan 10oC, laju reaksi kimia dalam pelapukan akan meningkat 2 atau 3 kali.


Pengaruh tidak langsung


Biasanya dijumpai hubungan yang kuat antara iklim dan kandungan humus tanah, oleh karena pengaruh dari iklim atas produksi biomas dan laju dekomposisi seresah tanaman dan bahan organik tanah lainnya.


Curah hujan akan mempengaruhi produktifitas vegetasi. Suhu berpengaruh atas laju dekomposisi bahan organik, sehingga sehingga kandungan humus yang tinggi biasanya ditemukan pada daerah iklim lembab dan sejuk.



Iklim panas, baik kering maupun lembab cenderung menyebabkan kandungan humus yang rendah

Organisme

Pengertian Organisme
            Organisme adalah semua makhluk hidup baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase hidupnya berada dalam sistem tanah. Semua makhluk hidup atau jasad, baik hidup maupun mati mempunyai pengaruh terhadap pembentukan tanah. Dalam pembentukan tanah, organisme yang berperan adalah vegetasi, hewan dan manusia. Di antara makhluk tersebut yang paling berpengaruh adalah vegetasi karena memiliki kedudukan tetap untuk waktu yang lama, sedangkan hewan dan manusia umumnya berpengaruh tidak langsung melalui vegetasi. 
Tumbuhan menjadi sumber utama bagi bahan organik, pada keadaan alami tumbuhan menyediakan bahan organik yang sangat besar, akibat pencernaan oleh mikro organisme bahan organik tercampur dalam tanah secara proses imfiltasi. Beberapa bentuk kehidupan seperti cacing, rayap, dan semut berperan penting dalam pengangkutan tanah. Manusia mempengaruhi pembentukan tanah melalui cara penggunaan tanahnya, terutama cara bercocok tanam, menentukan jenis tanaman yang ditanam, cara pengolahan atau penggarapan, cara pemanenan, menentukan rotasi tanaman dan lain sebagainya.


Proses pembentukan tanah oleh organisme
Proses pembentukan tanah didahului oleh penghancuran dan pelapukan dan diteruskan dengan proses pengembangan profil tanah. Pelapukan dibedakan atas pelapukan fisik dan pelapukan kimia. Pelapukan fisik berupa penghancuran batuan secara fisik tanpa merubah susunan  kimianya, sedangkan proses penghancuran secara kimia adalah perubahan susunan kimia bahan. Kedua proses tersebut biasanya berlangsung bersama-sama dan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga sukar dibedakan hasil pelapukannya.
Bahan-bahan yang merupakan hasil penghancuran secara mekanis dan kimiawi akan bercampur menjadi satu membentuk lapisan-lapisan bakal tanah di permukaan kerak bumi dan bahan-bahan ini merupakan subtrat bagi pertumbuhan jasad renik yang berbentuk bakteri dan ganggang yang menjadi awal dari proses pembentukan tanah. Bakteri yang hidup dalam tanah memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya mengikat N2  dari udara dan megubah amonium menjadi nitrat. Termasuk ke dalam golongan ini yang membentuk spora, spora pada bakteri bukan untuk alat berkembangbiak melainkan alat untuk mempertahankan diri dari lingkungan yang tidak menyenangkan (Sutedjo, 1996).
Organisme mempengaruhi pembentukan humus, pembentukan profil tanah, sifat fisika dan kimia tanah. Di samping itu organisme hidup memperlancar peredaran unsur hara dan membina struktur tanah yang baik dan memperlancar transfer nitrogn dari atmosfer ke tanah melalui hujan secara tidak langsung dan fiksasi nitrogen secara langsung. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen. Nitrat yang dihasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh produsen (tumbuhan) diubah menjadi molekul protein. Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, mahluk pengurai merombaknya menjadi gas amoniak (NH3) dan garam ammonium yang larut dalam air (NH4+). Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak dan senyawa ammonium menjadi nitrit dan nitrat oleh Nitrobacter. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang disebut denitrifikasi.
Beberapa jenis hewan yang mempengaruhi pembentukan tanah seperti cacing tanah yang sangat aktif dalam peruraian (dekoposisi) serasah. Pada waktu malam hari, cacing membawa guguran dedaunan dan rerumputan kedalam lubang-lubangnya dan mencampur dengan mineral-mineral tanah. Sokresin yang dikeluarkan mengandung Ca lebih banyak daripada tanah disekitarnya. Sehingga lubang-lubang cacing akan mempengaruhi aerasi dan perembesan air. Mengeluarkan kotoran di pemukaan tanah, sehingga membantu pembentukan tanah. Akan menjadi kacau horison apabila kotoran cacing berada di dalam tanah. Dan juga apabila jalan cacing terisi oleh material-material lain,hal ini juga akan mengacaukan horizon tanah.  
Semut-semut menyusup ke dalam tanah dan mengangkut bahan-bahan dari dalam tanah ke permukaan tanah sambil membangun sarang-sarangnya berupa berupa bukit-bukit kecil di permukaan tanah dan sering pada batang-batang pohon. Rayap-rayap makan sisa-sisa bahan organik. Kotoran rayap yang menempel itu sudah melapuk. Tikus dan binatang lain menggunakan tanah sebagai tempat tinggal dan tempat perlindungan.
Manusia dalam proses pembentukan tanah mempengaruhinya dengan aktivitas-aktivitas seperti penggunaan lahan, cara bercocok tanam, menentukan jenis tanaman yang ditanam, cara pengolahan atau penggarapan, cara pemanenan, menentukan rotasi tanaman dan lain sebagainya. Jika system penanaman manusia yang tidak sesuai dengan lingkungan seperti pada perbukitan tidak menggunakan system terasering, hal ini akan menyebabkan terjadinya erosi, dimana erosi tersebut akan mempengaruhi proses penghancuran batuan. Di samping itu pola penanaman manusia yang harus menyeimbangkan unsur-unsur tanah. Jika manusia melakukan penanaman jenis tanaman karbohidrat secara terus-menerus, hal ini akan mengurangi unsur hara tanah dan tingkat kesuburan tanahnya menurun sehingga diperlukan  pola penanaman secara tumpang sari untuk mengembalikan kesuburan tanah. 
Tumbuhan dalam pembentukan tanah melalui akar, daun, dan ranting. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik atau mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Selain itu, kandunga unsure-unsur kimia yang terdapat pada tanaman akan berpengaruh pada sifat-sifat tanah. Contoh: jenis cemara akan member unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
Organisme mempengaruhi pembentukan tanah dalam hal sebagai berikut, yaitu: 
a. Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.
Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.
b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c.  Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi didaerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa rumput.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsur-unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
Dalam perkembangan profil tanah, tumbuhan, dan hewan mengalami pelapukan sehingga membentuk suatu horizon yang berupa penimbunan bahan organik berwarna hitam yang dinamakan humus. Horizon ini disebut juga horizon organik yang sebagian besar terdiri atas bahan organik baik yang masih segar maupun busuk dan terletak di lapisan paling atas dalam profil tanah.

Relief
Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief mempengaruhi proses pembentuk tanah dengan cara:
(1) mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan masa tanah,
(2) mempengaruhi dalamnya air tanah,
(3) mempengaruhi besarnya erosi, dan
(4) mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut didalamnya.
Waktu
  Peranan Faktor Waktu dalam Proses Pembentukan Tanah
Lamanya bahan induk mengalami pelapukan dan perkembangan tanah, memainkan peranan penting dalam menentukan jenis-jenis tanah terbentuk.
Bukti pentingnya waktu dapat diketahui dengan memperbandingkan tanah-tanah di daerah glasial dengan tanah-tanah serupa yang ada di daerah yang tidak kena salju. Bukti ini juga tampak jelas di daerah plivual (yang bersangkutan dengan hujan) misalnya di Iran dan Irak. Di daerah glasial pengaruh beban induk lebih terlihat karena tidak cukupnya waktu untuk membentuk susunan nedapan glaial yang penting dalam perkembangan tanaha sejak lenyapnya salju.
            Contoh lain mengenai tanah yang berbeda umurnya terdapat di Amerika Serikat bagian utara. Di sana terdapat empat sampai lima lapisan endapan loss interglasial. Tampak jenis perbedaan sifat masing-masing tanahnya. Tanah yang lebih muda pada umumnya mudah dilalui air (permeable) dan agregasinya lebih baik daripada tanah yang lebih tua karena tanah yang telah mencapai umur tua telah mengalami pelindian dan tentu juga lebih mempat dan padat.
Gunung berapi mengendapkan lava dan abu gunung disaat terjadi letusan gunung berapi tersebut, seringkali pengendapan lava ataupun terjadinya letusan gunung tidak terjadi pada waktu yang sama. Semua tinfgkatan perkembangan tanah dapat di temukan kembali pada endapan-endapan itu. Didaerah beriklim tropika, pembentukan tanah dari bahan induk berupa abu gunung berapi berlangsung cepat, sehingga dalam waktu empat belas tahun sudah dapat terbentuk tanah yang cukup subur.
Fase-Fase Waktu dalam Proses Pembentukan Tanah
            Dalam proses pembentukannya, faktor memiliki beberapa fase, fase-fase waktu ini dikemukakan oleh Mohr (1994). Menurut Mohr, fase-fase waktu dalam pembentukan tanah ada lima tahap yaitu: Fase permulaan, fase juvenile, fase viril,fase senile, dan fase terakhir.
Mohr (1944) membedakan lima tahap waktu pembentukan tanah, yaitu:
1.      tahap permulaan, bahan induk masih belum mengalami pelapukan, baik disintegrasi maupun dekomposisi;
2.      tahap juvenil, proses pelapukan sudah mulai berjalan;
3.      tahap viril, proses pelapukan pada saat optimum;
4.      tahap senile, proses pelapukan berlangsung sudah lanjut sehingga tidak begitu hebat lagi dan bahkan menurun kecepatannya;
5.      tahap terakhir, proses pelapukan sudah berakhir.
Fase awal ditandai dengan terbentuk horison C. Fase juvenil ditandai dengan sudah terbentuk horison A diatas horison C, pada fase ini sering disebut tanah muda. Fase viril atau disebut tanah dewasa, dicirikan dengan sudah terbentuknya horison A, horison B, dan horison C. Fase senil atau disebut tanah tua, dicirikan proses pembentukan horison yang lengkap, meliputi: horison A1, horison A2, horison B1, horison B2, dan horison C. Fase akhir atau disebut tanah sangat tua dicirikan dengan mulai berkurangnya proses pelapukan dari system tanah tersebut. Contoh tanah muda adalah Entisol atau Aluvial atau Regosol. Contoh dari tanah dewasa adalah Inceptisol, Vertisol, dan Mollisol. Contoh dari tanah tua adalah Ultisol atau Podsolik Merah Kuning, dan Oxisol atau Laterit.
Tipe Tanah Berdasarkan Waktu Pembentukkannya
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi
semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah
habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti
kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah
berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Ø  Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol
Ø  Tanah Dewasa ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol.
Ø  Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada horizon-horoson A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Menurut tahap waktunya dari bahan induk batuan andesit di Indonesia dapat dibentuk berturut-turut:
1.      Tanah regosol muda pada tahap permulaan
Tanah regosol muda merupakan tanah regosol pada umumnya, namun yang membedakan adalah tanah regosol ini ada pada tahap permulaan. Definisi dari tanah regosol sendiri adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru diendapkan. Persebaran tanah regosol di Indonesia ada di Bengkulu, pantai Sumatra Barat, Jawa, Bali, dan NusaTenggara Barat. Material jenis tanah ini berupa tanah regosol, abu vulkan, napal, dan pasir vulkan.Tanah regosol sangat cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.
2.      Tanah regosol tua atau disebut juga tanah tarapan sebagai tahap juvenile.
Tanah regosol tua merupakan tanah regosol pada umumnya, namun yang membedakan adalah tanah regosol ini ada pada tahap juvenil. Definisi dari tanah regosol sendiri adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah aluvial yang baru diendapkan. Persebaran tanah regosol di Indonesia ada di Bengkulu, pantai Sumatra Barat, Jawa, Bali, dan NusaTenggara Barat. Material jenis tanah ini berupa tanah regosol, abu vulkan, napal, dan pasir vulkan.Tanah regosol sangat cocok ditanami padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.
3.      Tanah latosol coklat sebagai tahap viril
Tanah latosol coklat ini tidak jauh beda dengan tanah latosol pada umumnya. Namun tanah latosol ini ada pada tahap viril. Definisi dari tanah latosol sendiri adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.Tumbuhan yang clapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit.
4.      Tanah latosol merah sebagai tahap venil
Tanah latosol merah ini tidak jauh beda dengan tanah latosol pada umumnya. Namun tanah latosol ini ada pada tahap venil. Definisi dari tanah latosol sendiri adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warna tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit. Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.Tumbuhan yang clapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit.
5.      Tanah laterit.
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung. Tanah laterit banyak ditemui di wilayah beriklim tropis yang panas dan lembap. Akibat kandungan oksida besinya yang tinggi, tanah laterit memiliki warna merah seperti karat. Iklim tropis dan pengaruh unsur-unsur kimia menentukan ketebalan, kualitas, dan kandungan mineral lapisan tanah laterit. Komposisi mineral dan kimia di dalam tanah laterit sangat tergantung kepada batu induknya. Laterit umumnya mengandung sejumlah besar kwarsa dan oksida titanium, zirkon, besi, timah, alumunium, dan mangan, yang tertinggal dari proses pengausan. Namun kondisi tanah laterit beserta isinya sangat tergantung kepada lokasi, iklim, dan kedalamannya.


Sumber :

http://viogeo.blogspot.com/2012/05/organisme-sebagai-faktor-pembentuk.html
http://prillygeography.blogspot.com/2012/04/pengaruh-iklim-terhadap-pembentukan.html
http://wenyra.blogspot.com/2012/03/faktor-pembentuk-tanah-topografi-dan.html
http://ilmutanahugm.blogspot.com/2013/04/faktor-pembentuk-tanah.html
http://viogeo.blogspot.com/2012/05/waktu-sebagai-faktor-pembentuk-tanah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar